Perempuan di Balik Demonstran
Saturday, November 08, 2014
Pagi
ini seharusnya saya mengerjakan daftar panjang pekerjaan finishing Hotel
Santika Pekalongan. Sudah dikejar sama Pak Site Engineer, “Mana kerjaannya Mar,
mau gue cocokin sama kerjaan gue”. Tapi tiba-tiba kepala saya mlintir dan
sejenak kepikiran tentang kata-kata Soe Hok Gie. Saya tidak tau apa yang dia
baca di usia semuda itu, yang jelas, buah pikirannya memang matang. Saya bilang
matang kecuali untuk gerakan politiknya. Sedari dulu saya kurang suka ada
mahasiswa ikut campur kedalam urusan ‘orang dewasa’, apalagi kalau si mahasiswa
itu bukan dari jurusan politik. Sebenarnya ini doktrin dari bapak saya sih.
Hehe.. “Kelarin kuliah, gausah ikut demo, tuntut sana sini ga guna, buat karya
yang jelas, yang bisa membanggakan...” mungkin ortu saya sama dengan orang tua
Anda = kolot. Tapi saya setuju. Lha wong mata kuliah bidangnya aja masih D kok
mau ngatur para Doktor yang bercokol di Istana. Politik itu harus dalam
kestabilan yang lama supaya jadi negara yang adidaya. Partai tak pernah bisa
salah dan tak boleh salah. Kamu dan saya bisa salah!
Saya
bukan menyuruh Anda menjadi pribadi yang pasif kepada negara. Kalau Anda sudah
becus mengurus diri Anda sendiri, monggo silahkan protes kepada negara. Tapi
kalau belum bisa... mikir sek... Kalau kata Pak Kenedi, "Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan kepadamu tetapi tanyakan apa yang telah kau berikan untuk negaramu."
Halah...
malah ngomongin politik. Niatnya bukan itu. Mari kita bicara tentang persepsi
wanita dan cinta menurut Soe Hok Gie, yang sepertinya patut dijadikan
daftar pustaka.
Gemblung...!!! Senyumnya bikin saya gemblung sesaat... |
“Dari
wanita kita memerlukan kepuasan seksual dan intelektual. Soal ini tergantung
dari tradisi pribadi seorang wanita”
–Soe
Hok Gie-
Dalem
ya... Lebih kurang saya juga sepaham. Tapi menilai wanita hanya dari
kemampuannya menyajikan selangkangan adalah kemunduran proses evolusi menurut
saya. Mau jadi monyet yang suduk sana suduk sini? 70 persen kecocokan pikiran,
30 persen masalah seksual lah... Kata forum sebelah ‘sex is fun’. Jadi penen
icip icip... waaakkksss...
“Aku
kira ada yang disebut cinta yang suci. Tapi itu akan cemar bila kawin.”
–Soe
Hok Gie-
Barusan
kemarin baca dari salah satu forum internet. Katanya rasa cinta itu dipengaruhi
oleh sebuah zat kimia di otak yang namanya “saya lupa”. Berangsur-angsur zat
kimia ini membuat tubuh kebal terhadap fungsi zat ini. Setelah 4 tahun yang ada
diantara pasangan adalah adalah nafsu dan ketergantungan fisik, seperti ekonomi
dll. Jadi saya tidak setuju dengan Pak Gie, cinta memang sifat alaminya akan
luntur. Yang namanya suci itu imajener, tidak nyata tapi ada. Kemudian, salah satu cara agar pasangan bisa bertahan lama adalah kawin atau
seks...
Dibalik tulisan
...
kemarin tanggal 7, di sore hari yang dingin dengan suhu 18 derajad selsius
padahal diluar 40 derajad selsius (pamer... biarpun di proyek tapi tetep
adem)... saya nonton AADC reunian... kok bagus ya!!! Sayangnya durasinya cuma 10 menit. Seandainya dijadikan film panjang, saya yakin A Moment to Remember, A Walk to Remember, The Vow, The Fault in Our Stars, Taiyou no Uta ataupun Only You punya saingan baru.
Karena pemerannya adalah nicholas saputra yang notabene juga memerankan sosok Gie dalam film Catataan Harian Seorang Demonstran, jadi saya kepikiran buat nulis artikel kelas teri ini. Artikel tentang wanita di mata Gie... Btw... Dian Sastro memang
yahud... Mbak Dian, I Love You...
Ah
segitu ulasannya... si bos udah cemberut... saya caw...
4 komentar
wah lagi jatuh cinta mas? hheehe
ReplyDeletesebenarnya boleh aja si mas mahasiswa ikut demonstrasi biar bisa mengawal pemerintahan, asalkan tetep berkontribusi nyata bikin aksi aksi sosial yakan? Dikampus saya sosok ketua bem bahkan lebih sering lahir dari fakultas mipa dan teknik, tapi sense of leadship dan gimana sikap ke pemerintah tetep oke.
Salam kenal mas, blogwalking dulu,
Wassalam
hidup tan Malaka :) !
ReplyDelete@Haitsam Siddiq >> yup, boleh... revolusi perancis dan beberapa revolusi besar lainnya juga hasil dari demonstrasi. Tapi kasian, selalu ada yang dikorbankan dalam demonstrasi yang melahirkan revolusi. "Anak makan bapak, jeruk minum jeruk"... Setiap orang kan punya jalan pikir masing-masing dalam 'menggiring' kebijakan... M. Gandi juga punya cara yang berbeda... Kalau saya sih, infiltrasi... hahaha...
ReplyDeleteSemisal ada kapal yang masuk kedalam zona terlarang. Kalo demonstran ala revolusi >>> kapalnya di balik, rusak, trus bikin kapal baru... Kalo ala Gandhi >>> kapalnya di blok, supaya kapalnya balik ke zona aman... Kalo saya >>> saya masuk ke dalam kapal, ketok pintu di depan ruang nahkoda sambil ngucapin salam "assalamualaikm", trus mengutarakan maksud dan tujuan, diskusi, keluar deh hasilnya... semua aman semua nyaman... lol
Iya je... lagi jatuh cinta... tapi sukar untuk dikatakan... apalagi setelah nonton AADC... behhh....10 menit paling baper dalam 21 tahun...
Fa.Brian Ganda Pratama >>> bukan um... saya lebih ke kiri lagi mentok ke pojok barat... Karl Marx!! LOL...
ReplyDeleteSalam kenal gan... Silahkan berkomentar