MATRUPI - (BAB 5 - LANGKAH PERTAMA)

Wednesday, November 13, 2019


Hati matrupi hancur, belum pernah dia mendengar adanya kekerasan atau sekedar cekcok di Kebonrejo. Kalaupun ada, itu hanyalah cerita masa lalu saat perang kemerdekaan. Itupun di desa sebelah. Selain itu, Kebonrejo adalah wilayah yang damai. Warga Kebonrejo percaya mereka adalah keturunan dari priyayi yang memilih menyendiri dan menghindari hiruk-pikuknya politik keraton. Mungkin karena itulah warganya sangat memegang prinsip 'Nerimo ing pandum'. Menerima apa adanya.

Dalam kerunyaman pikirannya, Matrupi menyalakan siaran radio. Beruntung bagi Matrupi, dengan adanya radio setidaknya dia bisa tahu apa sebenarnya yang terjadi. Suara dari radio terdengar samar-samar, Setra membantu untuk menyetel frekuensi supaya suara menjadi lebih jelas. 

Siaran malam itu merangkum apa yang sedang terjadi di negeri ini. Ribuan vigilante (orang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri) dan tentara angkatan darat menangkap dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI.

Semuanya menjadi jelas bagi Matrupi. Apa yang dihadapi keluarganya bukanlah maslah yang kecil. Apalagi siaran radio juga memliki sikap tendensius 'menghukum' semua orang yang berhubungan dengan PKI.

Matrupi sadar, Setra selalu mengenakan emblem palu arit di dadanya. Mungkin setelah matahari bangun di esok hari, dan burung-burung mulai menyebarkan gosip penangkapan para simpatisan Komunis di kantor sekertariat Barisan Tani, rumah ini akan banyak dikunjungi tamu, sekedar ingin tahu apakabar Setra - si Pincang anggota Barisan Tani, kaki tangan Aidit, si Anjing PKI.

Wanita muda itu menangis sesenggukan. Disebelahnya ada Setra yang kini menggendong anak semata wayang mereka. Ditemani lirih suara radio dan gemercik suara air hujan, Setra mengajak Matrupi untuk pergi ke Kota. Mencari ketenangan dan alih-alih bila beruntung mendapat kehidupan yang layak.

Malam itu mereka membereskan barang-barang yang akan dibawa. Tas koper berwarna coklat itu hanya berisi selusin baju dan sebuah radio. Radio ini satu-satu nya barang berharga bagi Matrupi. Itu pun hadiah pernikahan dari kakak nya yang menjadi Carik di Kebonrejo.

Setra dan Matrupi berencana berangkat tengah malam dan selepas hujan reda. Sebelum berangkat, Matrupi ingin berpamitan kepada kakak nya, sekedar menitipkan rumah dan sawah nya, serta meminta maaf untuk ke alfaanya yang akan lama di Kebonrejo.

-------------------

Malam itu jalanan Desa Kebonrejo kosong. Hujan sudah reda menyisakan jalanan yang becek. Langkah kaki Setra terseok-seok. Bahkan untuk orang normal sekalipun jalan makadam ini susah untuk dilewati saat becek, apalagi oleh Setra yang pincang. Betcek digendong oleh Matrupi, Setra menjinjing koper coklat besar. Tujuan mereka adalah terminal bus di Kecamatan.

Malam-malam seperti ini tidak akan ada delman yang dapat memberikan jasanya. Lagi pula kepergiannya ini memang diam-diam, supaya hanya sedikit saja orang yang tau, dan tidak mengundang kecurigaan. 

Mereka berjalan secepat yang bisa mereka lakukan.  Setiap seratus meter Setra meminta berhenti untuk sedikit memperbaiki posisi barang bawannya dan meluruskan kaki pincangnya yang bengkok.

Menjelang subuh, Setra, Matrupi dan Betcek sampai di terminal. Disana masih sepi, hanya ada beberapa orang yang mulai bersiap menggelar dagangannya di terminal. Dalam keremangan subuh, mereka duduk di emperan terminal. Keluarga kecil mereka masih beruntung bisa menghabiskan sisa malam ini bersama meskipun dalam suasana yang berbeda dari biasanya. Setidaknya lebih baik dari keluarga petani lain yang ikut dalam keanggotaan Barisan Tani di Kebonrejo. Matrupi bersandar di bahu Setra sembari menggendong anaknya. Terlelap tidur untuk menunggu bus berikutnya yang akan mengantarkannya pada petualangan yang mengubah garis nasibnya.   

You Might Also Like

9 komentar

  1. dalam cerita ini bisa dikatakan kalau matrupi di duga terindikasi sebagai pki ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya gan.. semua yang bersentuhan dengan PKI itu terlibat

      Delete
    2. ini anggapan masyarakat saat itu ya... terlibat maksudnya terlibat Dewan Revolusi, pembunuhan 7 jenderal

      Delete
  2. Mantap sekali ceritanya
    Deskripnya juga menarik, bahasanya mudah dicerna dan ringan. tidak ada yang kaku saat dibaca.
    Benar-benar punya bakat jadi penulis nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasi pak bos... biarpun masi sedikit kaku ya bahasanya.. hehe

      Delete
  3. syabas! bila mahu jadi penulis sebenar ni? ;-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi... mau dong mbak... nnti diterbitkan juga di malaysia ya

      Delete
  4. Ayo nulis lagi...

    Ya ampun pendek banget sih mas, jadi penasaran

    Wkwkwkwkwk

    ReplyDelete

Salam kenal gan... Silahkan berkomentar



“Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Pramoedya Ananta Toer