Beton Non-Pasir (Porous)
Tuesday, March 31, 2015
Awal tahun 2012, saya pernah
melihat foto sebongkah beton di twitter milik salah seorang senior yang
berkuliah di Teknik Sipil UGM. Foto tersebut cukup unik karena menampilkan beton
yang disiram dengan air, kemudian airnya dapat dilewatkan melalui beton. Kalau tidak
salah caption nya berbunyi ‘Percobaan Beton Porous’.
Setelah dicek di beberapa situs,
ternyata memang ada teknologi beton seperti itu. Biasanya digunakan sebagai
bahan perkerasan tempat parkir, sehingga diharapkan dapat menghindari limpasan.
Ada juga yang menggunakannya sebagai bahan isolator suara dan suhu. Terinspirasi
dari foto twitter tersebut, saya dan dua rekan juga sempat membuat aplikasi
dari beton porous yang berfungsi sebagai pencegah banjir. Kami beri nama alat
tersebut Hidroporous. Dan alhamdulillah menyabet juara 2 dalam LKTI di UGM
tahun 2012.
Berawal dari rasa ingin tahu lewat
foto twitter, saya banyak membaca mengenai pengembangan beton porous. Karena ilmu akan lebih berguna apabila
dibagikan, maka pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi ilmu dengan pembaca
mengenai karakteristik dari beton non-pasir atau dienal dengan beton porous
ini.
PENGERTIAN
Beton porous atau beton non-pasir
merupakan bentuk sederhana dari beton ringan yang dibuat dengan cara menghilangkan
penggunaan agregat halus. Selain dikenal dengan sebutan beton porous beton ini
juga dikenal dengan sebutan lain yaitu permeconcrete,
no-fine concrete, serta beberapa nama lainnya. Akibat tidak digunakannya
pasir dalam beton porous maka terciptalah rongga yang diisi udara. Kadar rongga
berkisar 12% sampai 25%. Rongga ini mengakibatkan berkurangnya kepadatan dari
beton serta berkurangnya jumlah luasan yang perlu diselimuti oleh pasta semen,
sehingga berdampak langsung terhadap porsi semen dalam campuran dan mampu
menghemat biaya konstruksi. Adapun kebutuhan semen pada beton porous per m
kubik berkisar antara 70-130 kg.
Berbicara mengenai kepadatan. Kepadatan
beton porous tergantung pada gradasi agregat kasar yang digunakan, biasanya
kepadatan beton porous berkisar 60%-70% dari kepadatan beton normal. Ukuran agregat
kasar yang digunakan antara 10-20 mm. Agregat yang dapat digunakan antara lain
batu pecah, kerikil alami, blast furnace slag dan clinker. Agregat dari batu
pecah menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan
kerikil alami yang cenderung memiliki permukaan rounded (Raju, 1983)
Apabila dibandingkan dengan beton
biasa, beton porous memiliki keunggulan dalam meredam panas, proses pembuatan
yang cepat, kepadatan yang rendah, porositas yang tinggi, dan penyusutan yang
rendah. Selain itu adonan beton porous juga tidak mudah bersegregasi karena
digunakan satu macam jenis/ukuran agregat. Maka dari itu beton porous dapat
dituangkan dari ketinggian.
KARATERISTIK
Kekuatan tekan beton porous
bervariasi tergantung pada kepadatannya. Kuat tekannya bervariasi antara 70
kg/m2 jika kepadatan beton sebesar 1900 kg/m3 hingga
mencapai kuat tekan 140 kg/m2 untuk besar kepadatan beton 2100 kg/m3
pada umur 28 hari. Kuat beton porous tetep bertambah setelah berumur 28 hari
hingga mampu menyamai beton normal.
Dalam hal design campuran beton
porous, perbandingan air dan semen (w/c ratio) bukan merupakan faktor kontrol
utama melainkan perbandingan campuran agregat dan semen (a/c ratio) pada posisi
w/c ratio optimum yang menghasilkan kekuatan tekan tertinggi. Kencendrungan ini
dapat dilihat pada gambar dibawah ini, yang memperlihatkan variasi a/c ratio
6:1 sampai 10:1 (berdasarkan volume), sedangkan w/c ratio bervariasi antara
0,37 sampai 0,45 (berdasarkan berat), dengan kepadatan beton 1940 sampai 2100
kg/m3.
Dari gambar tesebut dapat dilihat
bahwa w/c ratio yang optimum berada di puncak kurva a/c ratio, dimana kondisi
ini yang ideal untuk dipilih sebagai porsi campuran. Karena jika w/c ratio yang
digunakan lebih tinggi dari nilai optimum akan menyebabkan segregasi butiran
agregat dalam campuran sedangkan jika lebih rendah dari nilai optimim campuran
akan sulit dipadatkan.
CONTOH DESIGN
CAMPURAN (RAJU,
1983)
Design campuran beton non-pasir
dengan kuat tekan minimum yang disyaratkan pada benda uji kubus umur 28 hari
adalah 90 kg/m2
·
Faktor
kontrol diasumsikan = 0,75
·
Ukuran
maks agregat kasar = 20 mm
·
Jenis
agregat kasar =
kerikil alami
·
Jenis
semn =
porland semen
·
Kepadatan
curah semen = 1472 kg/m3
·
Kepadatan
curah agregat kasar = 1520 kg/m3
Design campuran :
Kuat tekan rata-rata pada 28 hari = 90/0,75 = 120 kg/m2
atau 12 MPa
Untuk kuat tekan rerata 12 MPa
berdasarkan gambar diatas dapat ditentukan :
·
w/c
ratio (terhadap berat) = 0,39
·
a/c
ratio (terhadap volume) = 7,00
·
kepadatan
beton yang sesuai = 2050 kg/m3
·
a/c
ratio (terhadap berat) = (7x1520)/1472 = 7,25
Jadi proporsi campuran berdasarkan
perbandingan berat :
Semen : Agregat Kasar : Air = 1 : 7,25 :
0,39
Jumlah berat bahan untuk tiap m3
campuran adalah :
·
semen = 1/8,64 x 2050 = 236 kg
·
agregat
kasar = 7,25/8,64x 2050 = 1722 kg
·
air = 0,39/8,64 x 2050 = 92
kg
8 komentar
menarik mas, tapi mumet liat angka-angka kaya gitu...heheee
ReplyDeletejustru yang mumet itu banyak ngasilin duit... hahaha
ReplyDeleteitu sumber gambar grafik beton non-pasir dari buku apa?
ReplyDeleteSumber grafik dari buku CONCRETE TECHNOLOGY BOOK By M.S. Shetty. atau bisa membeli buku BETON NON PASIR penulisnya saya sendiri DIARTO TRISNOYUWONO
ReplyDeletemas jmf untuk beton non pasir ini pake metode apa ya, saya sedang penelitian beton non pasir ini tapi saya bingung mau gunakan metode apa,, mohon bantuan nya mas admin
ReplyDeleteOm beli bukunya di mana ?
ReplyDeletepak kalo persyaratan untuk penyerapan beton non pasirnya berapa ya? dan kalo beli buku bapak yang berjudul beton non pasir nya dimana atau bisa lewat jasa pengiriman?
ReplyDeleteMantap om artikelnya mungkin sama kaya http://Indoporous.com juga ya?
ReplyDeleteSejauh mana porous efektif?
Salam kenal gan... Silahkan berkomentar